Tradisi Budaya Suku Duano

"Manongkah Karang" Kekayaan Budaya Suku Laut

APAKAH Anda pernah mendengar tentang surfing lumpur? Apakah pernah melihat orang yang sedang surfing dengan papan selancarnya di pantai? Tentunya sangat asik, bukan?

Ya begitulah tradisi di suku Duano (suku laut), dimana ada kekurangan di situ ada kelebihan. sebut saja surfing lumpur. Beda dengan mereka yang kita lihat surfing di ombak yang besar dan menari-nari di atasnya, dengan berpijak pada papan seluncurnya yang mewah.

Dalam tradisi Suku Duano terdapat yang sebuah istilah Manongkah. Apa itu Manongkah?

Bagi masyarakat Suku Duano yang memiliki tradisi leluhur Manongkah yang hingga kini tetap dilestarikan. Tradisi ini terbilang unik dan langka di Dunia. Manongkah merupakan aktivitas tradisional komunitas Suku Duano yakni menangkap kerang (Anadar Granosa) di hamparan padang lumpur dengan mengunakan sebilah papan seperti papan seluncur sungguhan.


Hanya saja papan itu terbuat dari Pohon Besar yang sudah tua. Sekilas aktivitas Manongkah ini mirip dengan peselancar. Hanya objek dan teknik yang digunakan jauh berbeda dengan selancar.

Saat mencari kerang di permukaan lumpur, warga Suku Duano bagaikan peselancar profesional, papan sebagai sebagai alat paling efektif bergerak cepat dilumpur yang di dayung menggunakan kaki dan tangan sesuai arah dituju.

Aktifitas berburu kerang inilah yang disebut ‘Manongkah Kerang,’ dilakukan oleh warga setempat pada saat air di muara Sungai Indragiri sedang surut.

Pada saat itu hamparan daratan lumpur dengan mudah dilalui menggunakan sebilah papan berukuran lebar sekitar 30 centimeter dan panjang lebih dari 1,5 meter.

Kegiatan manongkah ini sebuah pemandangan langka ini hanya dapat ditemukan di perkampungan Suku Duano. Masyarakat adat asli ini bermukim di beberapa kecamatan di Indragiri Hilir, seperti di Kecamatan Tanah Merah dan Concong.

Kini tradisi leluhur itu terus dipertahankan. Pemkab Indrgiri Hilir bersama komunitas Suku Duano pernah mengadakan helat akbar pelestarian Manongkah yang dikemas dalam kegiatan Gerakan Manongkah Massal di Pantai Bidari, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Tanah Merah, Kabupaten Indragiri Hilir.

Ratusan warga pun turun ke lumpur untuk turut memeriahkan helat Gerakan Manongkah Massal yang dilaksanakan pada tahun 2008 lalu ini. Bahkan, Manongkah massal yang dilakukan komunitas Suku Duano mendapat penghargaan Museum Rekor Indonesia (MURI).

Ketika itu, kegiatan Menongkah massal melibatkan lebih dari 500 peserta. Diungkapkan Ketua Suku Duanu Sarpan Firmansyah, tradisi Manongkah sudah ada di perkampungan suku laut sejak tahun 1685.

Dari sinilah berawal munculnya turunan Manongkah seperti selancar atau surfing yang kali pertama diadakan di Hawai pada tahun 1767 dan terus berkembang ke skatboard pada tahun 1940 di Amerika Serikat.

Untuk tetap mempertahankan tradisi leluhur budaya negeri, komunitas Suku Duano sudah bertekad akan mendaftarkan Manongkah sebagai hak kekayaan intelektual suku laut ke komite dewan warisan dunia dibawah naungan Unisco.

Kini Manongkah memiliki potensi yang luar biasa dalam mengangkat sektor pariwisata di Kabupaten Indragiri Hilir. Rencananya tradisi budaya Manongkah juga akan dijadikan kalender even pariwisata andalan Kabupaten Indragiri Hilir Riau.(way/yuk)